Perang Dagang Bisa Buat Ekonomi Sumut Lebih Buruk Dibandingkan Dengan Saat Covid 19




 

MEDAN | incomenews.id, Kinerja ekonomi Sumut pada tahun 2025 diproyeksikan akan mencatatkan pertumbuhan dalam rentang 4.6% hingga 4.8%. Lebih rendah dari realisasi pertumbuhan ekonomi Sumut di tahun 2024 yang tercatat tumbuh 5.03%. 

Ada dua faktor pemicu utama yang berpeluang menekan laju pertumbuhan ekonomi Sumut, kata Pengamat Ekonomi Gunawan Benjamin di Medan, Sabtu (25/4/2025).

Dikatakan Benjanin, pertama kebijakan efisiensi anggaran, dan yang kedua adalah perang dagang.


Kebijakan efisiensi anggaran pada dasarnya bisa diukur dampaknya terhadap laju pertumbuhan ekonomi kedepan. Dan efisiensi anggaran saat ini yang melahirkan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Sumut dalam rentang 4.6% hingga 4.8%. Dan masih menanti hasil negosiasi tarif yang dilakukan oleh Indonesia dengan AS. Dan belum ada kesepakatan lanjutan yang tercapai, sehingga bisa saja realisasi pertumbuhan ekonomi Sumut akan lebih buruk dari ekspektasi saat ini.


Pertumbuhan ekonomi Sumut di tahun 2025 diproyeksikan tidak akan seburuk masa pandemi covid 19. Laju pertumbuhan ekonomi Sumut di tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar 1.07%, dan tumbuh sebesar 2.61% di tahun 2021. Pertumbuhan ekonomi Sumut di tahun 2025 saat perang dagang pecah, tidak akan lebih buruk dibandingkan dengan saat pandemi, katanya.


Namun, kata Gunawan, gangguan pertumbuhan ekonomi saat ini sangat nyata. Pemicunya terlihat jelas (perang dagang), dan solusi untuk mengatasinya adalah keberhasilan dalam negosiasi tarif. Namun, jika skenarionya adalah tarif yang diberlakukan ke AS sama dengan kebijakan terakhir yang dikeluarkan sebelumnya. Maka Sumut berpeluang untuk mencetak pertumbuhan yang lebih rendah dari proyeksi 4.6% hingga 4.8% di tahun 2025.


Dan jika kenaikan tarif di implementasikan secara permananen. Maka ekonomi Sumut akan turun dan mengalami stagnasi untuk waktu yang lama dan belum tergambar jelas sejauh ini. Belum bisa dipastikan bagaimana kinerja ekonomi Sumut kedepan, karena kita masih bergantung kepada hasil negosiasi serta berapa besar tarif yang berlaku nantinya.


Untuk itu, Sumut harus bersiap dengan skenario terburuk yang mungkin terjadi. Bukan tidak mungkin kinerja pertumbuhan ekonomi Sumut akan lebih buruk dibandingkan dengan kondisi saat pandemi covid 19. Solusi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi adalah dengan kebijakan kongkrit untuk menjaga belanja rumah tangga. Yang saat ini dominan kontribusinya terhadap pembentukan PDRB.


Kalau anggaran belanja pemerintah untuk bantuan sosial memang masih menjadi cara instan menjaga belanja masyarakat. Namun akan sulit jika belanja masyarakat disandarkan pada pengeluaran belanja masyarakat dari kalangan pekerja formal diluar instansi pemerintahan, serta pekerja informal yang memiliki porsi terbesar struktur tenaga kerja di Sumut, katanya. (Rel/WM01)