MEDAN | incomenews.id, Deflasi yang terjadi di Sumut pada bulan Maret 2023 ini, menjadi kabar yang kurang baik ditengah tingginya permintaan akan komoditas pangan selama Ramadhan. Jika merunut pada kinerja inflasi di awal tahun 2023, dimana saat Januari Sumut mengalami inflasi sebesar 0.91%, maka deflasi yang terjadi setelahnya akan membuat realisasi inflasi Sumut mengecil selama tahun berjalan, kata Pengamat Ekonomi Gunawan Benjamin di Medan, Senin (3/4/2023).
Namun deflasi yang terjadi saat bulan Maret ini menyisahkan masalah yang harus dicermati. Dan masalah itu adalah penurunan permintaan yang terjadi pada beberapa komoditas pangan yang ada diwilayah Sumut. Jadi sinyal yang saya tangkap sejauh ini adalah ketersediaan suplai tidak diikuti dengan pertumbuhan konsumsi yang memaksa harga turun, kata Gunawan.
Setelah deflasi ini, kata Gunawan, ada ancaman lebih besar yang bisa membuat konsumsi masyarakat kian terganggu nantinya. Berdasarkan rilis prakiraan cuaca dari BMKG (Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika) Sumut. Diperkirakan Sumut akan memasuki musim kemarau pada bulan Mei atau awal Juni dan puncaknya akan terjadi pada bulan Juli 2023.
Meski demikian BMKG dalam rilisnya justru menyatakan bahwa variasi musim kemarau bisa saja maju satu dasarian atau mundur 3 dasarian. Yang berarti musim kemarau di Sumut bisa berlangsung antara bulan Mei hingga Agustus. Nah pemerintah daerah harus mewaspadai musim kemarau tersebut, karena bisa memicu kenaikan laju tekanan inflasi, yang nantinya akan menggerus daya beli masyarakat.
Saya jadikan cabai merah sebagai sampel komoditas yang diproyeksikan saat kemarau nanti. Di bulan ini cabai merah memasuki masa panen. Harga di tingkat pengecer di kota Medan 25 ribuan per Kg. Diperkirakan panen usai di bulan Mei, selanjutnya petani akan menanam lagi. Padahal di bulan Mei sudah memasuki musim kemarau, dan selama tiga bulan selanjutnya adalah masa dimana tanaman cabai sedang tumbuh kembang.
Disaat musim kemarau nanti, kebutuhan akan cabai kita akan dipasok oleh tanaman cabai yang ditanam pada Februari hingga Maret 2023. Sementara curah hujan dibulan tersebut sudah mulai berkurang, yang artinya produktifitas tanaman cabai bisa berkurang. Ada kemungkinan harga cabai mulai merangkak mahal di bulan Mei hingga Agustus (bahkan ke Oktober), dan sejarah bisa berulang dimana cabai bisa naik ke 140 ribu per Kg seperti tahun lalu.
Itu hanya contoh dari satu tanaman saja, dan prediksi BMKG tersebut bisa membuat harga pangan pada umumnya menjadi lebih mahal. Kenaikan harga komoditas pangan nantinya akan menambah beban masyarakat yang sudah terhimpit dari tekanan inflasi dan melemahnya daya beli. Deflasi Sumut (0.31% mtm) diproyeksi tidak akan bertahan lama, kita perlu mewaspadai ancaman inflasi yang lebih besar di bulan mendatang. (WM01)